Kamis, 25 September 2014

FF (Fan Fiction)

Tittle                : Destiny
Author             : Ika Wardhani
Cast                 : Lee Jinki, Kim Gweboon (dan kawan-kawan)
Genre               : Romance
Length             : Oneshoot    Rate : PG-15
Disclaimer       : The story is pure mine. The cast not mine. I’m just borrow it.


Foreword :       Anyeoooong EVERYBODY :D Ini adalah ff pertamaku, aku membuatnya dalam rangka ikut lomba salah satu fanpage Jinkibum. Awalnya sih nggak tertarik ikut, karena waktu itu aku lagi galau paraaah (kekeke) kemudian terpikir kenapa galauku ini gak aku tumpahin jadi ff aja, sekalian curhat sekalian ikut lomba deh xD So gaes, karena isinya real kejadian dalam hidupku (kecuali adegan kissing lho :p) yang sedikit aku oles dengan bumbu asam manis, jadi maaf ya kalau ceritanya sedikit garing atau bahkan abstrak aahh.. neomu neomu mianhe (bow 99x). Happy reading :)


***


Flasback
[ Gweboon pov ]

“Selamat atas kelulusan siswa siswi SMA 1 Seoul angkatan 2013…”

Hai aku Kim Gweboon! Hari ini acara kelulusan sekolahku, Park Songsaenim baru saja menuntaskan pidatonya di atas panggung, aku senang bisa lulus tapi sedih juga karena berpisah dengan Lee Taeyon, Kim Jonghyun, Choi Minho dan Lee Jinki, yang sudah 3tahun ini menjadi sahabat terbaikku.

Tapi tunggu! apa benar Lee jinki hanya sekedar sahabat bagiku??  Tentu saja itu benar, memang benar kan?!.


“Kau sendirian disini?”

Tiba-tiba Jinki duduk disampingku. Bagaimana dia bisa tau aku di kantin? Padahal tempat ini sedang sepi.

“Eum”
“Ada apa Gwe? Kau terlihat sedih” dengan hati-hati dia mengangkat dagu yang dari tadi kutundukkan.
“Aniya, aku bahagia hari ini kita semua lulus” ucapku sambil memaksakan senyum
“Jangan bohong, kita berteman selama 3 tahun aku tau persis raut wajahmu saat senang maupun sedih”
“Lalu apa kau tau raut wajahku saat sedang jatuh cinta?”
“Apa karena itu kau sedih? Karena cinta?”
“Sudahlah Jinki, jangan bahas itu”
“Siapa yg telah memainkan hatimu gwe?”
 “Tidak ada”


Malas rasanya berdebat dengan Jinki saat ini, aku berdiri dan berniat pergi, namun Jinki memegang lenganku dengan kasar


“Wae? Kau tidak menganggapku sahabat lagi?” Jinki berdiri di depanku, menatapku serius
“Bukan begitu”
“Lalu siapa Gwe? Siapa yang membuatmu terluka?” tanya Jinki membentak
“Kau Jinki!! Kau yang membuatku terluka! Puas?” jawabku kesal padanya
“Mwo??” Jinki kaget mendengar apa yang ku katakan tadi
“Kenapa? Kau tidak merasakan hal yang sama kan? Aku sudah tau” ucapku
“Ta.. tapi-”
“Kau selalu menceritakan wanita yang kau sukai itu padaku, tanpa pernah tau bahwa hati dan kupingku panas mendengarnya”
“Dengar dulu Gwe, aku melakukan itu semua untuk-”
“Untuk apa? Sudahlah Jinki kau tak perlu mengatakan apapun karena itu hanya akan menyakitiku”
“Kau tidak boleh memiliki perasaan seperti itu Gwe, kumohon” ucapnya sambil menggenggam erat tanganku
“Apa katamu?? Bahkan hanya merasa seperti itu saja kau larang. Keterlaluan!”

Tanpa sadar air mataku jatuh mendengar perkataan Jinki, emosi yang tak bisa ku tahan akhirnya meluap


Chuu~


Tiba-tiba Jinki menciumku, bahkan tanpa kusadari. Menarik pinggangku dengan keras, hingga aku sulit bernafas. Siapa yang tak kaget jika tiba-tiba seperti ini? Memangnya aku wanita apa? Dia menciumku, tapi wanita yang di sukainya bukan aku. Ck, Nappeun! Plaaaaaak!


Aku melepaskan tautan bibir itu dan menamparnya kemudian berlari meninggalkannya, tak peduli Jinki memanggil namaku di belakang. “Kau tidak boleh memiliki perasaan seperti itu Gwe, kumohon”. Aiish! Permohonan apa itu? Apa maksudnya? Tega sekali Jinki bicara seperti itu padaku.


Flashback End


***


[ Jinki Pov ]

Setelah kepulanganku dari Jepang kemarin aku belum sama sekali merasa benar-benar istirahat, hari Minggu inilah saatnya. Merasa bosan, sudah 3 jam hanya menonton tv. Meraih hp kemudian mengetik salah satu nama dari menu kontak.

Ngungggg…..

Motor red ninja melaju ke sebuah kedai yang terlihat tua. Duduk di bangku paling pojok kedai kantin sekolahku. Bangku ini, disinilah terakhir kali aku menatap wajahnya bahkan sempat mencicipi bibirnya, tapi sepertinya itu adalah sebuah kesalahan. Mengingat kenangan terakhirku bersamanya di tempat ini tidak menyenangkan.


“Kenapa kau mengajakku kesini Dino?” ucapku
“Apa kau tidak merindukanku oldman? Sudah 5 tahun kita tidak bertemu. Bogoshippo” Jonghyun memelukku erat
“Bilang saja kau ingin pamerkan calon istrimu padaku kan?” tanyaku sambil berjabat tangan dengan Juno yang ada disamping Jonghyun
“Minho-ya!”  panggil Jonghyun sambil melambaikan tangan kearah Minho


Minho baru sampai bersama Taeyon dan Gweboon. Tapi apa benar itu Gweboon? Kulit yang seputih susu, mata tajam bagai kucing dan bibir tipis berlapis lipgloss yang selalu mebuatku tergoda 5 tahun lalu. Dia terlihat lebih cantik, sangat cantik.


“Annyeong…” sapa Taeyon dengan puppy eyes nya bergantian dengan Minho
“Mianhae aku tidak datang saat pernikahan kalian” ucapku
“Gwaenchana, tapi sebenarnya apa kau sudah menikah di Jepang?” tanya Taeyon
“Kau bicara apa baby, dia ini masih bujang lapuk” ejek Minho sambil tertawa


Semua terkejut dengan apa yang di ucapkan Minho, terlebih lagi Gweboon. Mengingat memang akulah yang tertua diantara mereka. Entahlah, yang jelas aku memiliki alasan kenapa belum menikah di usiaku yang sudah matang ini.


“Yaakk dasar kodok! Apa maksudmu!” jawabku sambil meninju dadanya
“Wae? Benarkan? Diantara kita hanya kau yang belum memiliki kekasih”
“Bukankah Gweboon juga sama sepertiku?” tanyaku tiba-tiba sambil melirik kearah Gweboon
“Ani! sebentar lagi aku menikah Jinki” jawab Gweboon buru-buru seperti ingin segera mengelak

Uhuk..uhukk.. kaget saat mendengar ucapan Gweboon, hingga tersedak saat meneguk minumanku.

 “Kuharap kau juga segera menemukan pasanganmu” ucap Gweboon dengan senyum yang dipaksakan


Pasangan? Apa memang benar Gweboon berharap seperti itu? 5 tahun aku berusaha menghapus perasaan ini, tapi…..


***


Satu bulan berlalu semenjak Jinki kembali ke Seoul, banyak hal yang mereka lakukan bersama seperti dulu, apalagi saat pernikahan Jonghyun dan Juno seminggu yang lalu. Tiba-tiba Taeyon memberikan pengumuman bahwa dirinya telah hamil dan Minho pun juga baru mengetahuinya.

Semua bahagia, tapi Jinki merasa kebahagiaan itu belum sempurna. Ada hal yang membuatnya sulit tidur akhir-akhir ini.


Drrttt drrrttt……..
SMS masuk dari hp Gweboon

APA KAU SIBUK? KALAU TIDAK TEMANI AKU KELUAR MALAM INI

Gweboon mengerutkan kening saat membaaca sms, ternyata Jinki, tapi bukankah 2 hari yang lalu dia sudah mengajaknya keluar. Bahkan 4 hari yang lalu juga seperti itu.

“Kenapa Jinki bersikap seperti ini? Ya Tuhan.. buat aku melupakannya, aku tidak mau mengecewakan umma dan appa” gumam Gweboon, kemudian segera membalas sms Jinki

MIAN, AKU TIDAK BISA


Di seberang sana Jinki lesu membaca balasan dari Gweboon, dia merasa sepertinya Gweboon ingin menghindar darinya. Apa karena pernikahan itu?

Seharian Jinki hanya diam di rumah, ke kantorpun dia malas. Di tambah lagi umma yang terus menerus memaksanya ikut ke acara pertemuan keluarga malam ini.


“Ayolah Jinki, demi appamu jangan buat dia malu” pinta umma yang sedang duduk disebelahnya
“Tapi aku tidak mengenalnya umma, mana mungkin aku bisa mencintainya?”
“Umma yakin kau pasti suka, dia cantik dan baik Jinki. Percayalah”
“Aniya, aku belum siap sekarang”
“Apa karena wanita yang kau sukai waktu SMA dulu? Harusnya kau jujur padanya mulai awal”
“Aku menyesal umma, tapi sekarang sudah terlambat” jawabnya sendu
“Haruskah umma membatalkannya?”


Diam, Jinki hanya diam saat umma menanyakan hal itu. Bukankah 5 tahun yang lalu dirinya sudah berjanji untuk menerima perjodohan yang telah direncanakan oleh umma dan appanya sejak masih kecil? Inilah yang menyebabkan Jinki melarang Gweboon memiliki perasaan apapun terhadapnya.


***


Gweboon sedang memandangi dirinya di depan cermin setelah menghabiskan 30 menit untuk berdandan malam ini. Sempurna. Itulah yang tergambar pada wajahnya.

Ia melihat jam tangan, jam 7.30 pm. Sebentar lagi ia akan bertemu calon suaminya, seseorang yang akan menggantikan posisi Jinki di hatinya. Meski sebenarnya itu akan sulit tergantikan.

TING TONG

Jantung Gweboon berdetak kencang mendengar bel berbunyi, inilah saatnya dia harus melupakan perasaan itu. Sampai kapanpun Jinki hanya menganggapmu sahabat Gweboon. Ingat itu!


Gweboon perlahan turun menyusuri anak tangga, sepertinya di bawah sudah ramai terdengar suara umma dan appanya.


“Aigoo.. Gweboonie? Dulu masih kecil tidak secantik ini” ucap ahjumma itu sembari memelukku


Tiba-tiba seseorang berjas hitam masuk dan membuat Gweboon terkejut. Mereka saling menatap, namun keduanya terlihat bingung.


“Jinki.. sapalah calon istrimu” ucap umma sambil menoleh ke arah Gweboon
“Um..umma dia… adalah wanita yang kusukai saat SMA itu”
“Mwo? Bukankah kalian belum saling mengenal..” umma kaget, sementara appa dan kedua orang tua Gweboon bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi.


Setelah menceritakan pada orangtua masing-masing tentang hubungan mereka, Gweboon dan Jinki duduk berdua di taman belakang.

Suasana hening. Tidak ada yang berani memulai pembicaraan, mereka merasa canggung satu sama lain setelah kejadian tadi.


“Jadi kau menolak ajakanku karena pertemuan ini?” tanya Jinki mencoba mencairkan suasana
“Ani, untuk menghindar darimu Jinki” jawabnya pelan
“Kenapa? Aku tau kau masih mencintaiku”
“Memang benar aku masih mencintaimu,”
“Lalu kenapa kau tidak menungguku Gwe?”
“Apa kau lupa, kau yang melarangku mencintaimu. Aku lelah dengan perasaan ini Jinki, itulah kenapa akhirnya aku menerima saat umma menjodohkanku sebulan yang lalu, apa itu salah?”

“Mianhae..” ucap Jinki sambil menggenggam tanganku
“Kau jahat Jinki! 3 tahun kita bersahabat dan aku mulai mencintaimu bahkan hingga saat ini, tapi kau tak pernah merasakan itu kan?!”
“Tapi Gwe-”
“Cukup! Kajja kita ke dalam, masih ada waktu untuk membatalkan perjodohan ini”


Air mata Gweboon mengalir tanpa sadar, dia tidak bisa menahannya lagi, kenangan 5 tahun itu seakan membuatnya terluka kembali.


Jinki menahan lengan Gweboon yang berdiri ingin meninggalkan taman, perlahan mengusap air matanya, memeluknya begitu erat seakan membalaskan rindunya selama ini pada Gweboon, Jinki melepas pelukannya kemudian menautkan kedua telapak tangannya yang tebal pada pipi Gweboon, menatap matanya lekat-lekat mencoba menyampaikan apa yang ada di hatinya selama ini.


“Aku juga mencintaimu Gwe, bahkan sebelum kau mengenalku…” ucap jinki dengan lembut


Chuu~


Lagi-lagi Jinki menciumnya tanpa ijin, bibir mereka bertemu seiring dengan bertemunya hati mereka kembali. Jinki melumatnya begitu dalam.. sangat dalam seakan meluapkan semua emosinya, deru nafasnya terdengar jelas, meski terasa basah karena Gweboon yang masih menangis.

Namun Gweboon menikmatinya, mengalungkan kedua tangannya pada leher Jinki berharap tak ingin malam yang indah itu segera berakhir.


“Sebenarnya sejak kapan kau mencintaiku Dubu?” tanya Gweboon berada dalam pelukan Jinki
“Sejak pertama kali melihatmu”
“Saat ospek?”
“Ani, saat pendaftaran SMA kau mengantri di sebelahku. Kau lupa?” ucap Jinki tersenyum menunjukkan pipi gembul yang menutupi seluruh matanya, senyum yang memikat

“Yaak! Jadi saat itu kau sudah curi pandang padaku eoh? Nappeun! Kau menyebalkan oldman!”

Jinki segera berlari masuk ke dalam rumah saat Gweboon mau melemparnya dengan sepatu.


END
Wajib RCL! :p

Tidak ada komentar:

Posting Komentar