Judul :
Soekarno, Vatikan, dan Yakuza
Penerbit :
Pustaka Solomon
Tahun
Terbit : Maret 2011
Kota
Terbit :
Yogyakarta
Tebal :
140 halaman
Sejak
abad ke 17 dimana bangsa barat telah singgah di benua timur, kaum misionaris
Vatikan berdatangan dan telah berhubungan dengan orang-orang di Nusantara
hingga ke Jepang. Jaringan kaum Jesuit terus bergerak meski mendapat tekanan
di masa Tokugawa di Jepang dan VOC di Hindia Belanda (nusantara). Tekanan itu terus muncul hingga saat pecah perang dunia kedua. Yang menarik adalah bagaimana perkembangan orang-orang Jepang yang melakukan perjalanan ke wilayah Nanyo (laut selatan). Mereka bermigrasi seiring dengan tekanan di negeri matahari terbit serta fantasi kehidupan baru di negeri seberang. Kala mereka telah jauh melewati China dan tiba di Nusantara yang bernama Hindia Belanda, mungkinkah mereka sanggup menaklukkan kehidupan “ganas” yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya? Mereka datang karena terdesak kemiskinan. Dan karena keterdesakan itu pula, Jepang mulai menabuh gendering perang dunia kedua dan mulai membidik satu tempat istimewa, Nusantara.
di masa Tokugawa di Jepang dan VOC di Hindia Belanda (nusantara). Tekanan itu terus muncul hingga saat pecah perang dunia kedua. Yang menarik adalah bagaimana perkembangan orang-orang Jepang yang melakukan perjalanan ke wilayah Nanyo (laut selatan). Mereka bermigrasi seiring dengan tekanan di negeri matahari terbit serta fantasi kehidupan baru di negeri seberang. Kala mereka telah jauh melewati China dan tiba di Nusantara yang bernama Hindia Belanda, mungkinkah mereka sanggup menaklukkan kehidupan “ganas” yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya? Mereka datang karena terdesak kemiskinan. Dan karena keterdesakan itu pula, Jepang mulai menabuh gendering perang dunia kedua dan mulai membidik satu tempat istimewa, Nusantara.
Hanya
dalam waktu singkat Asia Timur Raya yang
mereka dengungkan dengan keras dan disokong
kaum pribumi Nusantara yang berpura-pura menyokongnya seperti Soekarno
dan Muhammad Hatta akhirnya runtuh. Hingga kemudian pasca perang dunia kedua
yang dimulai dan di akhiri oleh Jepang itu membawa dampak luar biasa,
kemerdekaan Indonesia. Benarkah kemerdekaan itu seratus persen karena
perjuangan atau Jepang membukakan jalan bagi Soekarno untuk membacakan naskah
proklamsi kemerdekaan?
Sejak
Indonesia merdeka dan telah menjadi negara sejajar dengan negara lain, Jepang
kembali datang dengan menawarkan dana rampasan perang yang ternyata membawa
konsekuensi-konsekuensi tersendiri. Sejak masalah rampasan perang ini
mengemuka, perusahaan-perusahaan Jepang bergelombang mendatangi Indonesia serta
Soekarno selaku presiden secara pribadi. Sejak berkali-kali Soekarno datang ke
Tokyo, Yakuza telah merapatkan diri kepada Soekarno. Lalu untuk apa? Sejak itu
pula Soekarno mendapatkan perempuan yang menjadi amat penting untuk hubungan
Indonesia Jepang, termasuk juga penting bagi perusahaan Tonici milik Yakuza.
Perempuan itu adalah Naoko Nemoto yang telah diberi nama yang indah oleh
Soekarno, Ratna Sari Dewi Soekarno.
Buku
ini tidak memberi jawaban akhir terhadap misteri hubungan Jepang dan Indonesia
dimasa lalu, dan itu memang bukan tujuan dari buku ini. Di dalam ilmu
pengetahuan, sesuatu yang paling mengerikan adalah jika kita seolah sudah
memperoleh jawaban final dari sebuah persoalan, sehingga buku ini hanya mencoba
mengeksplorasi daripada memberikan sebuah kesimpulan. Dengan demikianlah ilmu
pengetahuan akan terus berkembang. Tetapi yang patut kita apresiasi bahwa
penulis yaitu Kuntjoro Hadi mencoba mengurai sejarah yang tidak pernah
terpikirkan, meskipun tentunya masih ada kelemahan disana-sini. Tetapi
keberaniannya merangkai suatu hipotesa sekalipun, dapat menjadikan kita
berpikir jernih dan bertanya WHY? IS IT TRUE? Inilah tantangan bagi generasi
tua untuk menjawabnya kepada para penerusnya, agar tetap mengingat bahwa sejarah
akan terus berulang meskipun dalam bentuk berbeda.
Buku ini direkomendasikan untuk dibaca oleh para
mahasiswa dan dosen, khususnya mahasiswa yang belajar tentang politik dan
hubungan luar negeri antarnegara sebagai salah satu referensi, tapi buku ini
juga dapat dibaca oleh kalangan lain yang berminat dalam bidang politik untuk
menambah wawasan karena dalam buku ini terdapat hal-hal yang menarik namun
kurang diketahui secara umum.
Kuntjoro Hadi dilahirkan di Klaten pada 10 April
1984. Selepas sekolah, ia tidak langsung kuliah karena keterbatasan biaya. Ia
mengikuti kursus bahasa Inggris di lembaga IEC (Intensive English Course)
Yogyakarta selama kurang lebih satu tahun. Baru pada tahun 2004 ia memutuskan
untuk meneruskan pendidikannya di program study Ilmu Sejarah UNY. Selepas
kuliah ia bekerja di Indonesia Boekoe (Iboekoe) serta sempat terdampar di
Jakarta untuk terlibat dalam pembuatan buku direktori LSM Indonesia di Blora
Institute. Mengingat program study yang pernah ia tempuh, Kuntjoro Hadi memang
pantas menulis buku tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi antar hubungan
Jepang dan Indonesia ini. Jadi dapat dikatakan bahwa ia memahami dengan benar
alur politik pada masa pendudukan Jepang di Indonesia yang sudah pasti ia
pelajari saat menempuh program study Ilmu Sejarah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar