Kamis, 29 Agustus 2013

RESENSI BUKU

Judul                           : Soekarno, Vatikan, dan Yakuza
Pengarang                 : Kuntjoro Hadi
Penerbit                    : Pustaka Solomon
Tahun Terbit            : Maret 2011
Kota Terbit               : Yogyakarta
Tebal                          : 140 halaman


Sejak abad ke 17 dimana bangsa barat telah singgah di benua timur, kaum misionaris Vatikan berdatangan dan telah berhubungan dengan orang-orang di Nusantara hingga ke Jepang. Jaringan kaum Jesuit terus bergerak meski mendapat tekanan
di masa Tokugawa di Jepang dan VOC di Hindia Belanda (nusantara). Tekanan itu terus muncul hingga saat pecah perang dunia kedua. Yang menarik adalah bagaimana perkembangan orang-orang Jepang yang melakukan perjalanan ke wilayah Nanyo (laut selatan). Mereka bermigrasi seiring dengan tekanan di negeri matahari terbit serta fantasi kehidupan baru di negeri seberang. Kala mereka telah jauh melewati China dan tiba di Nusantara yang bernama Hindia Belanda, mungkinkah mereka sanggup menaklukkan kehidupan “ganas” yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya? Mereka datang karena terdesak kemiskinan. Dan karena keterdesakan itu pula, Jepang mulai menabuh gendering perang dunia kedua dan mulai membidik satu tempat istimewa, Nusantara.
Hanya dalam waktu singkat Asia Timur Raya  yang mereka dengungkan dengan keras dan disokong  kaum pribumi Nusantara yang berpura-pura menyokongnya seperti Soekarno dan Muhammad Hatta akhirnya runtuh. Hingga kemudian pasca perang dunia kedua yang dimulai dan di akhiri oleh Jepang itu membawa dampak luar biasa, kemerdekaan Indonesia. Benarkah kemerdekaan itu seratus persen karena perjuangan atau Jepang membukakan jalan bagi Soekarno untuk membacakan naskah proklamsi kemerdekaan?
Sejak Indonesia merdeka dan telah menjadi negara sejajar dengan negara lain, Jepang kembali datang dengan menawarkan dana rampasan perang yang ternyata membawa konsekuensi-konsekuensi tersendiri. Sejak masalah rampasan perang ini mengemuka, perusahaan-perusahaan Jepang bergelombang mendatangi Indonesia serta Soekarno selaku presiden secara pribadi. Sejak berkali-kali Soekarno datang ke Tokyo, Yakuza telah merapatkan diri kepada Soekarno. Lalu untuk apa? Sejak itu pula Soekarno mendapatkan perempuan yang menjadi amat penting untuk hubungan Indonesia Jepang, termasuk juga penting bagi perusahaan Tonici milik Yakuza. Perempuan itu adalah Naoko Nemoto yang telah diberi nama yang indah oleh Soekarno, Ratna Sari Dewi Soekarno.
Buku ini tidak memberi jawaban akhir terhadap misteri hubungan Jepang dan Indonesia dimasa lalu, dan itu memang bukan tujuan dari buku ini. Di dalam ilmu pengetahuan, sesuatu yang paling mengerikan adalah jika kita seolah sudah memperoleh jawaban final dari sebuah persoalan, sehingga buku ini hanya mencoba mengeksplorasi daripada memberikan sebuah kesimpulan. Dengan demikianlah ilmu pengetahuan akan terus berkembang. Tetapi yang patut kita apresiasi bahwa penulis yaitu Kuntjoro Hadi mencoba mengurai sejarah yang tidak pernah terpikirkan, meskipun tentunya masih ada kelemahan disana-sini. Tetapi keberaniannya merangkai suatu hipotesa sekalipun, dapat menjadikan kita berpikir jernih dan bertanya WHY? IS IT TRUE? Inilah tantangan bagi generasi tua untuk menjawabnya kepada para penerusnya, agar tetap mengingat bahwa sejarah akan terus berulang meskipun dalam bentuk berbeda.
Buku ini direkomendasikan untuk dibaca oleh para mahasiswa dan dosen, khususnya mahasiswa yang belajar tentang politik dan hubungan luar negeri antarnegara sebagai salah satu referensi, tapi buku ini juga dapat dibaca oleh kalangan lain yang berminat dalam bidang politik untuk menambah wawasan karena dalam buku ini terdapat hal-hal yang menarik namun kurang diketahui secara umum.
Kuntjoro Hadi dilahirkan di Klaten pada 10 April 1984. Selepas sekolah, ia tidak langsung kuliah karena keterbatasan biaya. Ia mengikuti kursus bahasa Inggris di lembaga IEC (Intensive English Course) Yogyakarta selama kurang lebih satu tahun. Baru pada tahun 2004 ia memutuskan untuk meneruskan pendidikannya di program study Ilmu Sejarah UNY. Selepas kuliah ia bekerja di Indonesia Boekoe (Iboekoe) serta sempat terdampar di Jakarta untuk terlibat dalam pembuatan buku direktori LSM Indonesia di Blora Institute. Mengingat program study yang pernah ia tempuh, Kuntjoro Hadi memang pantas menulis buku tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi antar hubungan Jepang dan Indonesia ini. Jadi dapat dikatakan bahwa ia memahami dengan benar alur politik pada masa pendudukan Jepang di Indonesia yang sudah pasti ia pelajari saat menempuh program study Ilmu Sejarah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar